Salah satu masalah besar dalam dunia pendidikan yang dapat dipecahkan oleh kehadiran teknologi informasi dan komunikasi adalah pemerataan akses. Terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat kesulitan geografis berbeda-beda antarwilayah. Para murid di daerah pedalaman, tertinggal, atau dengan kondisi khusus, seperti terpaksa bekerja membantu keluarga, misalnya, kerap terkendala untuk datang ke sekolah. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi, baik dalam jaringan seperti internet maupun luar jaringan, yang memungkinkan informasi mengalir tak terkekang ruang dan waktu, dapat membantu pemerataan akses pendidikan bagi warga dengan kondisi khusus itu.
Namun, untuk mencapai pemerataan akses pendidikan itu, tentu pembangunan infrastruktur serta sarana teknologi informasi dan komunikasi harus dimulai dari daerah, termasuk kawasan tertinggal dan terpencil. Di daerah-daerah itulah murid masih berjuang mencapai sekolah. Setibanya murid di sekolah, guru belum tentu ada. Kalaupun ada guru, tak ada jaminan mumpuni dalam mengajar. Di tempat-tempat itu, kehadiran internet akan membantu menciptakan revolusi belajar. Kenyataannya, baru beberapa daerah yang telah menjangkau internet dengan baik, yakni Jawa (75 persen) dan Sumatera (67 persen). Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ari Santoso menyatakan, infrastruktur untuk internet belum terpenuhi di beberapa daerah, khususnya wilayah timur Indonesia (Kompas, 11/3). Dengan demikian, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi lagi-lagi hanya dinikmati mereka yang berada di perkotaan atau pusat-pusat kemajuan.
Masalah lain, guru-guru juga masih gamang menggunakan teknologi itu dalam mendukung pembelajaran. Dari total sekitar 3 juta guru di Indonesia, baru ada sekitar 10.000 guru master, yakni guru yang telah mendapatkan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi serta dapat melatih guru lain. Baru sekitar 90.000 guru yang benar-benar aktif menggunakan internet sebagai teknologi pembelajaran. Tampaknya untuk menciptakan revolusi belajar lewat kemajuan teknologi dan komunikasi masih dibutuhkan upaya keras. Selain menyediakan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, diperlukan literasi media baru itu bagi para guru, orangtua, dan murid. **(Dikutip dari kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar